Sedikit Hal yang Bisa Kita Lakukan untuk Bumi

Kita patut bertanya, “Apakah kamu baik-baik saja, Bumi?”

Dalam imaginasi saya Bumi akan menjawab, “Ya, aku baik-baik saja. Kamu sendiri yang sebenarnya merasa rugi, wahai manusia!”

Bumi sudah ribuan tahun bertahan dari segala bencana. Banjir bandang, gempa bumi, gunung meletus, tsunami, angin topan, dll.

Seharusnya manusia yang berusaha menjaga bumi, untuk kepentingan manusia sendiri dan makhluk lainnya. Dan tentu akan baik untuk keadaan bumi.

Grup band Efek Rumah Kaca dalam lagunya yang berjudul Efek Rumah Kaca dengan indah mengungkapkan kerusakan alam akibat global warming. Akan tetapi ironisnya, kita tak mengerti bagaimana mengatasinya. Berikut liriknya :

tipis ozon berlubang

debu kosmik hujan asam

matahari tiada tirai

bakal bunga tak mekar

 

daun-daun berlubang

tak berputar energi

wajah bumi menangis

sedang kita tak mengerti

Dengan kerusakan yang telah terjadi, mulai dari polusi udara, air, dan tanah, apa yang bisa dilakukan kita untuk mengurangi itu?

 

Meja Makan

Kita bisa ikut serta dalam mengurangi kerusakan bumi dari meja makan. Kurangi penggunaan makanan serta minuman yang berkemasan plastik. Kita tahu plastik tidak dapat diurai. Jadi sampah plastik berkontribusi dalam perusakan bumi.

Data menunjukan, Indonesia adalah penyumbang sampah plastik yang dibuang ke laut terbesar nomor 2 setelah Tiongkok. Sampah plastik itu mengalir ke laut dalam bentuk serpihan atau microplastics, yang berukuran 0,3 – 5 mm yang sangat mudah dikonsumsi hewan laut. Bisa dibayangkan, bukan?

Tisu juga tidak kalah penting untuk kita kurangi/batasi penggunaannya. Tahukah Anda bahwa tisu dibuat dari apa? Ya, dibuat dari kayu. Berapa pohon yang ditebang untuk mengelap mulut kita? Jadi, lebih bijak kita gunakan kembali sapu tangan yang telah lama kita simpan di lemari.

“Kalau makan dihabiskan. Nanti ayamnya mati!”

Klasik sekali nasihat itu, bukan? Banyak dari kita kini menertawakan itu. Sekarang lihatlah akibat dari kita menertawakan nasihat dari orang tua kita dulu. Banyak sisa makanan yang terbuang. Dulu kita bisa berkelakar, “Ya, kalau makan tidak habis, kan bisa dikasih ke ayam. Malah sehat ayamnya.”

Diperkirakan 1 ton sampah organik menghasilkan 50 kg gas metan. Jika ada 3000 ton sampah di Denpasar, 60% di antaranya organik maka menghasilkan 90 ton gas metan yang berkontribusi pada perubahan iklim. “Salah satunya karena gas metan, dan efeknya 21 kali lebih besar dari CO2. Atmosfer rusak karena kita,”

(sumber : https://www.mongabay.co.id/2018/07/05/sisa-makanan-ternyata-memicu-perubahan-iklim-kok-bisa/)

Pernahkah kita memikirkan bagaimana proses makanan hingga tersedia di meja makan kita? Saat kita makan, tak jarang kita menyisakan sayuran, misalnya kangkung, lalu dengan mudah membuangnya. Pernahkah kita berpikir, berapa keringat yang menetes dari para petani atau buruh tani untuk menanam hingga memanen? Berapa kilogram pupuk yang telah digunakan? Berapa air yang dibutuhkan? Berapa liter BBM untuk mengangkut kangkung tersebut? Berapa kilogram gas yang digunakan untuk memasak hingga matang? Berapa? Berapa? Berapa…?

Itu baru hubungan makanan dengan alam. Belum kita hubungkan sebagian manusia kenyang dan membuang makanan, sebagian lainnya kelaparan.

Pakaian

Adakah hubungan pakaian dengan kerusakan alam? Bagaimana kita menyikapinya?

Dikutip dari artikel tirto.id, Bisnis Pakaian Bekas, Bisnis Ramah Lingkungan. ”Pada 2006, produsen celana jeans asal Amerika, Levi’s, mengemukakan bahwa dalam membuat satu celana jeans, dibutuhkan 920 galon air, 400 mega joule energi, dan melepaskan 32 kilogram karbon dioksida. Ini setara dengan menjalankan air mancur di taman selama 106 menit, berkendara sejauh 125,5 km, dan menyalakan komputer selama 556 jam.”

Kita bisa menyikapi itu dengan memakai selama mungkin, seawet mungkin pakaian yang sudah kita miliki. Jika baju sobek, dijahit. Mungkin kita juga bisa mencoba untuk membeli pakaian daur ulang. Itu akan lebih baik untuk planet ini.

Mungkin kita berat untuk melakukan itu semua. Kita bisa memilih mana dulu yang paling mungkin mampu kita lakukan.

Sesuai judulnya, maka kita sudahi saja tulisan ini daripada berpanjang lebar sehingga menghabiskan banyak energi yang akan merusak planet bumi tercinta ini.

Sekian.