Hormati Guru (?)!

“… Hormati gurumu sayangi teman …”

Cuplikan lagu Pergi Belajar merupakan lagunya anak-anak Indonesia. Bagaimana tidak?, lagu ini selalu disenandungkan pada masa kanak-kanak. Lagu tersebut diciptakan oleh Ibu Sud pada tahun 1943 (2015, masihsaja.com/2015/09/makna-dalam-lirik-lagu-pergi-belajar.html). Lagu tersebut  mengingatkan kita tentang makna pentingnya menjadi seorang siswa yang berbudi luhur.

Keberhasilan Pendidikan dapat dilihat dari prestasi siswa. John Hattie dalam penelitiannya menemukan bahwa prestasi siswa ditentukan oleh kontribusi guru 30%, masing-masing 7% adalah rumah, sekolah, dan teman sebaya, serta 49% oleh pribadi siswa. (2016, krjogja.com/web/news/16763/hormati_guru). Prosentase siswa yang begitu besar menandakan bahwa peran siswa dalam dunia pendidikan sangatlah besar. Bukan peran siswa sebagai orang yang intelek, tetapi peran siswa sebagai manusia seutuhnya. Manusia yang memanusiakan manusia. Pendidikan akan menghasilkan manusia yang utuh apabila pada prosesnya, siswa mampu menghormati seorang guru.

5 Cara Mudah Menghormati Guru

Guru adalah Mutiara yang harus dijaga dan dimuliakan. Penghormatan seorang guru bermacam-macam bentuknya. Berikut ini 5 cara mudah untuk menghormati guru :

  1. Mencium Tangan Guru

Sungguh indah pemandangan di depan gerbang sekolah. Setiap pagi, siswa selalu dating ke sekolah dengan antusias belajar dan semangat yang membara. Diawali dengan berjabat tangan. Berbaris rapi untuk mendapatkan berkah ilmu seorang guru. Satu per satu siswa menciumi tangan guru.

Eits tunggu dulu…!

Mencium tangan berasal dari kata dasar ‘cium’. Indera manusia yang digunakan untuk mencium adalah hidung. Jidat dan pipi merupakan indera peraba yang digunakan untuk meraba. Apabila jidat dan pipi digunakan untuk bersalaman bukan lagi mencium tangan, tetapi meraba tangan. Lantas, apa yang salah?

Dari zaman aku kecil dulu, kedua orang tuaku dan nenek kakekku selalu mengajarkan untuk menyalami semua orang yang lebih tua dari usiaku dan orang yang baru kukenal dengan cara mencium tangan. Mencium tangan yang benar-benar mencium yaitu menggunakan indera penciuman alias hidungku untuk mencium punggung tangan mereka. Bukan dengan jidat ataupun pipi. (2012, kompasiana.com/mist vera/5510d5b2813311ca35bc71da/sejak-kapan-posisi-hidung-digantikan-oleh-jidat-dan-pipi)

  1. Tidak Menjelekannya Dan Membicarakannya Secara Tidak Baik

Tak jarang kita duduk dengan teman satu kelas di depan kelas saat jam istirahat. Ketika melihat seorang guru, yang biasanya kita lakukan adalah membicarakan kebiasan-kebiasaan yang dilakukan seorang guru di dalam kelas. Mulai dari cara bicara sampai dengan sikap guru pada saat mengajar di kelas. Tidak hanya itu, sering juga kita memohongi guru.

“Pak minta izin ke belakang”

Ternyata, malah makan di kantin. Pada saat jam pelajaran, sering mencuri-curi waktu untuk membuka handphone. Ada juga yang makan pada saat jam pelajaran. Begitu banyak dosa yang kita lakukan terhadap guru kita. Biarlah nasi yang sudah menjadi bubur. Tapi ingat, ketika lulus nanti, jangan lupa untuk bersilaturahmi dan meminta maaf kepadanya.

  1. Selalu Memuliakan Guru

“Duduk tidak sama rendah, berdiri tidak sama tinggi”

Plesetan peribahasa di atas merupakan gambaran bahwa posisi atau derajat seorang guru berbeda dengan siswa. Bagaimanapun juga, guru harus selalu dimuliakan seperti hal-nya memuliakan kitab suci.

“Anggepen gurumu kui Quran. Amoho ning Quran, ojo nganti diremehno, opo maneh disio-sio.”  Begitu pesan dari mbah kyai Anwar Zahid dari Bojonegoro. Pesan tersebut mengandung makna sebagai berikut :

Anggap gurumu seperti kitab suci yang harus dijaga dan dimuliakan. Meskipun gurumu mempunyai kekurangan, tetap harus dihormati dan dipatuhi. Tidak memandang siapapun gurunya

Ilmu yang diberikan oleh guru merupakan sebagian ilmu yang dimiliki Tuhan. Apabila kita menghormati guru, maka kita juga menghormati Tuhan. Ada orang bijak yang mengatakan bahwa guru adalah orang mulia sepanjang hayat. Bagaimana tidak?, guru selamanya tetap guru, karena tidak ada mantan guru.

  1. Jangan Membantah Ketika Diperintah Guru

Ibu saya pernah bercerita tentang kebiasaan siswa di sekolah.

“Le, dulu, pada waktu ibu masih sekolah dasar, anak-anak sekolah sangat patuh oleh perintah guru. Apabila ada salah satu anak yang dapat perintah dari Bu Guru, dilaksanakan dengan sepenuh hati tanpa ada rasa kesal di hati. Kalua ada Pak Guru, selalu berebut untuk membantunya. Ada yang membawakan tasnya, ada yang membawakan bukunya, ada yang membawakan sepedanya, ada juga yang menggandeng tangannya. Anak-anak jaman dulu sangat senang mendapat tugas dari guru, termasuk ibu, karena perintah guru ke siswa menandakan siswa tersebut rajin dan dekat dengan guru.”

Jelas sudah, perintah dari guru merupakan simbol bahwa yang diperintah merupakan orang yang istimewa dari yang lain.

  1. Selalu Mendoakan Kebaikannya

“Ampunilah dosa kedua orang tua kami, para guru kami ….”

Begitu cuplikan doa pada saat upacara bendera merah putih yang selalu dibaca setiap hari senin pagi. Tundukkan kepala, tengadahkan tangan, dan mintalah :

Yaa Rahman Yaa Rahiim …

Jadikanlah guruku dalam golongan orang yang selalu menerima rahmat dan kasih saying-Mu.

 

Yaa Baari …

Mudahkanlah hidupnya dan sabarkanlah ia.

 

Yaa Rozzaq Yaa Basith …

Luaskanlah rezeki dan barokah untuknya.

 

Yaa Quddus …

Muliakan dan tinggikan derajatnya.

 

Yaa Malik Al Mulki …

Jagalah ia dalam kuasa-Mu

 

Ya Ghoffar …

Ampunilah guruku sepanjang hidup di dunia dan akhirat.

 

Amiin.